pecilero

Pelatihan Cipta Lagu Etnik Rohani YPMD

Pelatihan Cipta Lagu Etnik Rohani atau yang disingkat PECILERO diadakan oleh Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Desa (YPMD) selama lima hari, mulai dari tanggal 22 – 26 April 2024. Pecilero berlangsung di Aula Kantor Kementrian Agama Kabupaten Kepulauan Tanimbar, dan diikuti oleh 25 peserta perwakilan dari 6 suku bahasa yaitu bahasa Yamdena, Fordata, Selaru, Seira, Makatian dan Luang.

Tiga prinsip yang digunakan dalam Pecilero adalah membuat lagu berdasarkan firman, di dalam bahasa lokal dan di dalam gaya lokal. Dengan ketiga prinsip ini, lagu-lagu yang diciptakan dalam Pecilero diharapkan dapat menjadi alat pewartaan firman Tuhan dalam bahasa daerah, bahkan lebih daripada itu lagu-lagu ini juga diharapkan bisa memberi dampak positif dengan adanya perubahan hidup individu maupun masyarakat. Selain itu kegiatan ini juga merupakan upaya konkret melestarikan dan mengembangkan kekayaan budaya dan bahasa lokal.

Dalam prakata yang disampaikan Direktur YPMD, Lamberth Leunard Maiseka, S.I.P, YPMD secara aktif terlibat dalam upaya pelayanan kepada suku-suku bahasa yang ada di Tanimbar dan Maluku Barat Daya. Selain menyediakan firman Tuhan dalam bahasa-bahasa sub etnik tersebut di atas, YPMD juga melatih dan memperlengkapi tim-tim lokal dalam menciptakan lagu-lagu rohani dengan menggunakan hasil terjemahan yang ada, di dalam gaya lokal masing-masing sub etnik, sehingga pesan yang disampaikan lewat lagu-lagu tersebut dapat dipahami dengan mudah dan langsung diresapi  oleh masyarakat penutur bahasanya.

Di kesempatan yang sama, Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Aloyisus Paskalis Rumwarin, S. Fil., dalam sambutannya menyampaikan ajakan kepada semua peserta untuk menjadi pionir dalam melestarikan bahasa dan budaya di Tanimbar maupun Maluku Barat Daya melalui lagu-lagu yang akan diciptakan dalam pelatihan ini. Hal ini sebagai bentuk komitmen dalam menjaga keberagaman budaya dan bahasa yang merupakan aset berharga dari Sang Pencipta kepada masyarakat Tanimbar dan Maluku Barat Daya. “Mari bapak/ibu, saudara/saudari peserta pelatihan, saya mengajak kita semua sebagai pionir dalam melestarikan bahasa dan budaya melalui lagu-lagu yang akan saudara-sasudari ciptakan dalam pelatihan ini, ujarnya.”

Pecilero ini difasilitasi oleh seorang arts specialist yang sudah memfasilitasi puluhan Pecilero di berbagai wilayah di Indonesia. Bukan suatu kebetulan, kalau beberapa tahun silam, June Rumthe, S.S., secara khusus mendalami bahasa dan budaya Yamdena Timur. June marasa bahwa Tuhan sudah mempersiapkannya jauh sebelum pelatihan ini diadakan. Menurutnya, kesakralan dan keunikan budaya harus dikembalikan kepada Tuhan yang adalah sumber inspirasi dan Pencipta Agung. Selama ini masyarakat kebanyakan latah mempraktekan budaya tanpa memahami dengan benar makna sesungguhnya dari unsur budaya yang dipraktekan. Salah satu sesi penting dalam Pecilero “Belajar Kesenian Daerah” menjadi ajang bagi para peserta untuk belajar dan menggali budaya agar mereka lebih akrab mengenal budaya mereka sendiri.

Para peserta sangat antusias mengikuti pelatihan ini dan total menciptakan 30 lagu dari  6 suku bahasa. Semoga karya-karya lagu rohani yang dihasilkan dapat membawa dampak perubahan hidup bagi banyak orang yang mendengar maupun menyanyikannya./hs.